![]() |
Penampilan HIMABI ProdiBahasa Inggris STKIP Taman Siswa Bima. |
Bima,
Berita11.com— Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris (HIMABI) Program Studi Bahasa
Inggris STKIP Taman Siswa Bima menyelenggarakan acara “Drama Show The Culture of
Mbojo” yang super istimewa. Tidak hanya dihadiri oleh ratusan penonton, tetapi
seluruh prosesi acaranya dari awal hingga akhir menggunakan bahasa Inggris.
Semua yang
terlibat dalam acara ini, mulai dari MC, laporan ketua panitia, sambutan Ketua
HMPS, dosen pembina, ketua Prodi, ketua lembaga hingga pada puncak acara “Drama
Show”, menggunakan bahasa Inggris. Sungguh moment yang sangat Istimewa. Para
pimpinan yang menyampaikan sambutan sebelum drama show berlangsung, tak
menyia-nyiakan moment istimewa ini untuk ‘show of’ dengan sambutan yang luar
biasa pula.
Saat kegiatan,
Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Dr Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si menyampaikan lima
point yang menginspirasi. Ibnu menyampaikan kejutan dan memberikan apresiasi
yang tinggi terhadap kreatifitas dan kemampuan psikomotorik yang dimiliki
mahasiswa.
Dikatakan dia, seluruh
negara termasuk Indonesia sedang berada di abad 21, era dunia tanpa batas (borderless
world era), dimana “clash of civilization” tak bisa dihindari, budaya global
menghegemoni hingga local genuine.
“Tak ada cara lain bahwa globalization must be countered by
localization yaitu dengan melestarikan budaya lokal,” ujar dia.
Menurut dia, maju
mundurnya sebuah bangsa dan daerah ada di tangan generasi muda. Generasi
mudalah yang selalu mengubah sejarah dunia, yaitu generasi yang kreatif,
inovatif, dan terus belajar mengembangkan aspek kognisi, afektif, dan
psikomotoriknya.
Ibnu mengingatkan, selain mahir berbahasa Inggris, Prodi
Bahasa Inggris juga harus memiliki dan kemampuan untuk melestarikan dan
mengembangkan budaya lokal.
Menurutnya, akreditasi B yang disandang Prodi
Bahasa Inggris sekarang memungkinkan mahasiswa berkompetisi hingga level
Internasional.
Dosen mata kuliah Drama, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
STKIP Taman Siswa Bima, Ramli, M.Pd mengingatkan kepada mahasiswa perlunya
menerapkan ATM yaitu amati, tiru, dan modifikasi
dalam belajar dan mengembangkan kreatifitas.
“Inilah tips untuk melahirkan banyak karya, terutama dalam
bidang seni dan budaya. Ketua Program studi Pendidikan Bahasa Inggris bapak
Suratman, M.Pd.BI sangat berterima kasih kepada Ketua Lembaga atas dukungannya
mensukseskan acara ini,” kata dia
Menurutnya, kemajuan kampus sangat bergantung dari geliat
mahasiswa melaksanakan sejumlah kegiatan positif seperti drama.
Sementara Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
STKIP Taman Siswa Bima, Suratman, M.Pd mengatakan bahwa label akreditasi B adalah
buah dari karya seluruh dosen dan mahasiswa. “Bersama kalian semua dunia
menjadi seindah Taman Siswa,” katanya disambut gemuruh tepuk tangan peserta.
Suratman
menjelaskan, Drama Show ‘The Culture Of Mbojo’ merupakan agenda mahasiswa semester
6 Prodi Bahasa Inggris STKIP Taman Siswa Bima yang dikembangkan dari mata
kuliah Drama. Seluruh Isi cerita drama disadur dan dimodifikasi sendiri oleh mahasiswa.
Drama Show didesain sebagai sebuah kompetisi antarkelompok drama yang mengangkat
tema yang menceritakan tentang nilai dan budaya Mbojo dalam versi bahasa
Inggris seperti Parise Buncu, Wai Toma dan Sultan Lalim, La Hila, Wadu Ntanda
Rahi, Daeng La Minga, dan Putri Nila
Fatirah.
“Saya
terkagum-kagum dengan kemampuan bahasa Inggris dan akting drama yang mereka
tunjukkan. Ada beberapa momen yang mereka tunjukkan dalam penjiwaan yang luar
biasa, hingga membuat para penonton histeris, terharu dan meneteskan air mata,”
kata Suratman.
Drama Purti
Nila Fatirah mengisahkan tentang seorang gadis putri paja yang sangat cantik. karena
kecantikannya membuat seorang babu istana iri hati dan dengki, sehingga
menyihirnya menjadi makhluk yang buruk rupa seperti kerbau hingga akhirnya Puri
Nila Fatirah kabur meninggalkan Istana untuk menyendiri di sebuah gunung tanpa
diketahui oleh siapapun. Pesan moral kisah ini mengingatkan tidak boleh iri
terhadap orang lain.
Sementara Parises
Buncu mengisahkan tentang kehebatan Ncuhi Buncu dalam mensejahterakan
masyarakatnya dan melindunginya dari ancaman musuh. Ncuhi Buncu disimbolkan
sebagai perisai yang perkasa dan adil dalam melindungi rakyatnya.
Kisah Wai
Toma dan Sultan yang lalim mengisahkan tentang pengabdian seorang nenek sebagai
pembantu di iIstana. Dia begitu sabar dalam melayani sultan meski diperlakukan
dengan tidak adil. Seorang sultan yang lalim ini begitu sombong, angkuh dan
kejam terhadap rakyatnya. Sultan tidak bisa melihat kesalahan bawahannya dan
langsung dihukum dengan kejam. Karena kekejamannya itu sultan mendapatkan
balasan dari rakyatnya dengan meneteskan air racun yang membuat sekujur
tubuhnya gatal dan luka yang mengerikan hingga sultan meninggal dalam kondisi
yang mengerikan.
Drama tentang
La Hila mengisahkan tentang seorang gadis dari kalangan biasa yang memiliki
wajah yang sangat cantik dan berkepribadian yang luhur. Cerita tentang
kecantikan dan kebaikan La Hila menjadi buah bibir masyarakat. Suatu waktu ketika
La Hila bersama teman-temannya sedang mandi di sungai, lewatlah seorang
pangeran dan melihat La Hila yang membuatnya jatuh cinta dan hendak melamarnya.
Karena
kondisi kerajaan sedang berkecamuk dengan peperangan, maka rencana untuk
melamar tidak jadi. Beberapa lama kemudian, sang pangeran kembali ingin melamar
La Hila, tetapi tanpa diketahui sebab musababnya La Hila berubah wujud menjadi
pohon bambu yang amat rindang sehingga seluruh masyarakat menangisi perubahan
wujud La Hila.
Sementara itu,
dram Wadu Ntanda Rahi mengisahkan sebuah rumah tangga yang harmonis dan sakinah
mawaddah warahmah. Suami dan istri yang bertanggung jawab, kerja keras, dan
taat beribadah. Anak-anaknya berperangai baik, berbakti kepada kedua orang
tuanya, taat beribadah, rajin belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh demi
kebahagiaan orang tua, dirinya dan orang lain.
Karena
Mimpinya untuk membahagiakan keluarga dan orang lain, suaminya bertekad kuat
hijrah ke luar daerah untuk mencari nafkah, meskitidak ditolak oleh istri dan
anak-anaknya. Dengan kecintaan yang kuat, istrinya menanti kepulangan suaminya,
berhari-hari istrinya menangis karena kerinduannya yang dalam hingga istri
berubah wujud menjadi batu yang bernama Wadu Ntanda Rahi. Kisah ini
menggambarkan kesetian perempuan Mbojo terhadap suaminya.
Drama Daeng
La Minga mengisahkan putri raja yang sangat cantik dan memiliki kulit yang
bening. Daeng La Minga dijuliki Wajah oha rangaha dan Ninu oi ra nono yang
bermakna bahwa nasi yang dimakan dan air yang diminumnya terlihat jelas lewat
dalam tenggorokannya.
Begitupun
tutur kata dan budi pekertinya sangat santun, sopan dan ramah. Sosok Daeng La
Minga mencuri perhatian para pemuda dan dua orang pangeran di kerajaan
tetangga. Dua pangeran ini berkelahi merebutnya, hingga kedua pangeran ini
tewas. Untuk menghindari kejadian yang sama yang menimpa para pemuda yang lain,
maka Daeng La Minga diusir meninggalkan kampung halamannya.
“Sekali
lagi, saya sangat kagum dengan kreatifitas, kemampuan berbahasa Inggris, dan
actingnya dalam menjiwai sebuah peran. Saya jadi optimis, kalau Drama Show The
Culture of Mbojo ini terus dikembangkan atau dimodifikasi maka akan menjadi
sebuah seni pertunjukkan yang layak ditonton oleh khalayak ramai,” kata Sutarman. (US)