Dompu,
Berita11.com— Aksi kekerasan di dunia pendidikan masih saja terjadi. Seorang guru
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Woja
Kabupaten Dompu tega menampar siswanya hanya lantaran sang murid tidak
menghadiri acara Inovatif dan Kreatif Melalui Kolaborasi Nusantara (IKKON) di
Gedung Pemuda Dompu akhir pekan lalu. Buntut insiden kekerasan itu, sang kepala
sekolah meminta maaf.
Peristiwa kekerasan
yang dialami RM (inisial), pelajar kelas XI IPA 4 SMAN 2 Woja Dompu terjadi
di sekolah, Jumat (28/9/2018) lalu. Miris, kekerasan itu terjadi di depan
teman-teman korban. YN, oknum guru sekolah setempat tega menampar siswa
tersebut sebelum pelaksanaan apel pagi di sekolah setempat.
Akibat penamparan, RM merasakan kesekitan seperti berbenturan. Tak hanya kekerasan fisik, RM langsung shok dan menanggung beban psikologis hingga akhirnya menangis karena
menahan rasa malu ditampar gurunya di depan pelajar lain.
“Saya ditunjuk
oleh guru untuk perwakilan sekolah pada acara festival malam Sabtu di Gedung
Pemuda untuk taburi beras kuning dan kalungan bunga Bupati Dompu,” ungkap RM saat dikonfirmasi di kediamannya, Sabtu (29/9/2018).
RM mengaku
tidak sengaja tak tidak hadir di kegiatan itu. Namun lantaran tidak memiliki
kendaraan. Sementara lokasi kegiatan berjarak puluhan kilometer dari
kediamannya. Terlebih kegiatan itu dilaksanakan malam hari.
"Sabtu
pagi saya dipanggil oleh pak guru di lapangan sebelum upacara. Tanpa ditanya
langsung menampar kepala saya,” ceritanya.
Setela
ditampar, lanjut RM, dia langsung meminta maaf kepada YN. Namun sang oknum
guru itu tidak menghiraukan, seolah tidak mau menerima maaf dari muridnya yang
sudah ditampar di hadapan ratusan orang.
“Saya meminta
maaf, saya dicuekin saat itu saya merasa malu dan tidak tahan rasa sedih saya
langsung menangis, kemudian menghidar dari tempat itu langsung masuk ke ruangan
kelas,” ujarnya.
Secara terpisah
orang tua RM, Agus Marsudin, mengecam peristiwa kekerasan yang menimpa
putrinya. Menurutnya, seharusnya sebagai pendidik, guru tidak melakukan
kekerasan terhadap murid. Terlebih karena regulasi tentang pendidikan
melakarang keras cara-cara kekerasan di lingkungan pendidikan. Karena bisa
berakibat buruk terhadap kesehatan dan mental pelajar.
“Saya tidak
terima atas penamparan terhadap anak saya di hadapan teman-teman sekolahnya. Harusnya
guru memanggil anak saya di dalam ruangan guru atau ruangan kelasnya untuk
dididik layaknya seorang pendidik pada umumnya bukan maen tampar saja,” katanya.
Menurutnya,
prilaku oknum guru yang ringan tangan pada siswa maupun siswi mengedepankan
kepentingan pribadi agar diperhatikan oleh pimpinan daerah sangatlah tidak baik
untuk iklim pendidikan.
“Apakah ini
sikap seorang guru yang mendidik muridnya dengan emosianal lantaran
mengedepankan cari muka di hadapan Bupati Dompu sehingga anak saya jadi korban?”
katanya.
Dengan adanya
peristiwa itu, ia berharap pemerintah daerah, pemerintah provinsi maupun Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan menindak tegas
oknum guru yang melakukan kekerasan terhadap siswa.
“Masalah ini,
saya tidak bisa biarkan. Saya akan melaporkan persoalan ini ke pihak yang
berwajib dan DP3A,” isyaratnya.
Saat dikonfimasi
di SMAN 2 Woja, sang oknum guru, YN tidak berada di tempat. Demikian juga guru
lain dan kepala sekolah setempat. Informasi dari salah satu pegawai yang
bersiaga di sekolah bahwa seluruh guru dan Kepala SMAN 2 Woja sedang merayakan
ulang tahun sekolah di Dam Tanju Dompu.
Berakhir Damai
Beberapa hari
pasca kasus kekerasan tersebut, orang
tua korban Agus Marsudin mendatangi SMAN 2 Woja Kabupaten Dompu, Senin
(1/10/2018). Pihak wali murid dan sekolah sepakat untuk islah.
Proses islah
berlangsung di ruangan Kepala SMAN 2 Woja, Khaeril Alimin S.Pd yang disaksikan
sejulmah wartawan.
Kepala SMAN 2
Woja, Khaeril Alimin S.Pd di hadapan orang tua korban dan sejumlah awak media menyatakan peristiwa kekerasan
itu terjadi karena kehilafan dan
kekeliruan bawahannya. Pihaknya pun meminta maaf atas peristiwa kekerasan yang
dialami RM.
“Kejadian
kemarin pagi itu adalah kejadian spontanitas atas kekecewaan guru terhadap
murid. Dengan kejadian itu saya selaku pimpinan beserta keluarga besar sekolah
ini, kami meminta maaf,” ujarnya.
Khaeril berjanji
peristiwa kekerasan yang terjadi di lingkup sekolah setempat Jumat lalu akan dijadikan
pembelajaran berharga.
“Saya selaku
pimpinan atas kejadian itu akan dijadikan suatu pengalaman yang berharga
terutama buat diri pribadi saya beserta guru yang ada di SMAN 2 Woja khususnya,”
janjinya.
Pada kesempatan
yang sama, oknum guru, AY juga meminta maaf terhadap orang tua korban dan
berjanji tidak akan mengulangi perbuatan serupa baik terhadap korban maupun
siswa dan siswi lain.
“Saya minta maaf atas peristiwa kemarin saya benar-benar khilaf dan keliru. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi baik pada siswa maupun pada orang lain,” ujarnya. [RIS]