![]() |
Peserta FGD Sosialisasi Penerapan Impact Based Forecast BMKG. |
Bima,
Berita11.com— Maraknya bencana yang
terjadi di negeri ini membuat Indonesia mendapat julukan sebagai “supermarket”
bencana. Hal tersebut menuntut adanya upaya-upaya antisipasi. Untuk itu, dari
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat menggelar Focus Group Discussion (FGD) Sosialisasi Penerapan Impact Based Forecast
(prakiraan cuaca berbasis dampak)
bersama dengan stake holder di kantor Stamet Salahuddin Bima, Jumat
(5/10/2018) lalu.
Kepala Stasiun
Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Satria Topan Permadi S.Si mengatakan,
BMKG berupaya memberikan informasi cuaca sebaik (seakurat) supaya bermanfaat.
Para pemangku
kepentingan diharapkan belajar dari pengalaman
menghadapi bencana banjir bandang yang terjadi pada tahun 2016 lalu.
“Sosialisasi
ditujukan agar mudah-mudahan bisa membangun sistem yang lebih kuat dalam
menghadapi bencana atau mengurangi dampak bencana,” katanya seperti dikutip
Kepala Bidang Komunikasi Publik dan Desiminasi Informasi, Dinas Komunikasi,
Informatika, dan Statistik Kabupaten Bima, Suryadin, S.Si, M.Si.
Narasumber FGD dari
BMKG Pusat Yuli Kartikaningsih, M. Si menjelaskan, pertemuan ditujukan untuk
menyamakan persepsi dengan para
stakeholder terkait informasi prakiraan cuaca.
“Banyaknya
jenis bencana yang terjadi di Indonesia menjadikan Indonesia mendapat julukan supermarket bencana,” ungkap Yuli Kartikaningsih.
Disebutkannya, 70 persen bencana yang terjadi di Indonesia
disebabkan oleh gejala hidrometeorologi atau yang berhubungan dengan air.
“Dampaknya
menunjukkan peningkatan aspek korban jiwa dan kerugian material yang juga
berdampak pada perlambatan ekonomi,” ujarnya.
Dikatakannya, seiring perkembangan teknologi, BMKG dituntut
memberikan informasi yang lebih sesuai
dengan kebutuhan beragam pengguna.
Prakiraan
berbasis dampak dibutuhkan mengingat
secara alamiah dari keberagaman kebutuhan pengguna, di mana pengguna
membutuhkan informasi lebih lanjut tentang dampak yang ditimbulkan dari suatu
fenomena hidrometeorologi.
“Selain itu, informasi cuaca hanya sebagai salah satu
masukan dalam proses pengambilan
keputusan agar informasi cuaca menjadi sebuah informasi kunci,” katanya.
FGD yang digelar BMKG diikuti 23 peserta yang berasal dari BPBD, Diskominfostik, Orari, MDMC, media massa dan beberapa instansi mitra BMKG. [AN]