Mataram, Berita11.com— Tasakuran hari lahir
(Harlah) ke-59 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Doa Kebangsaan
Pasca Pemilu 2019 digelar di Pondok Pesantren Darul Falah Pagutan Kota Mataram,
Kamis (2/5/2019) malam.
Kegiatan dihadiri 150 orang, di antaranya Kabinda NTB Tarwo Kusnarno, SE., M.Si, Ketua PWNU NTB, Prof. Masnun Tahir, Ketua Umum PKC PMII Region Bali Nusra, Aziz Muslim, Sekertaris Umum PKC PMII Region Bali Nusra, Sarifudin, Pengurus Pondok Pesantren Darul Falah Pagutan Kota Mataram, Ustadz Baedoi, Ketua PW IPNU NTB, Fauzan dan para kader PMII NTB.
Kegiatan dihadiri 150 orang, di antaranya Kabinda NTB Tarwo Kusnarno, SE., M.Si, Ketua PWNU NTB, Prof. Masnun Tahir, Ketua Umum PKC PMII Region Bali Nusra, Aziz Muslim, Sekertaris Umum PKC PMII Region Bali Nusra, Sarifudin, Pengurus Pondok Pesantren Darul Falah Pagutan Kota Mataram, Ustadz Baedoi, Ketua PW IPNU NTB, Fauzan dan para kader PMII NTB.
Dari kegiatan Harlah tersebut para tokoh
mengharapkan masyarakat termasuk kelompok pemuda agar membangun persatuan dan
kesatuan, pasca pelaksanaan Pemilu 2019.
Dalam tausyiahnya, Ketua PWNU NTB, Prof TGH Dr Masnun
Tahir mengatakan sebagai warga bangsa harus bersyukur karena Indonesia luar
biasa. Sesuai penyampaian salah satu Rektor Universitas Al-Azhar, bahwa
Indonesia ini adalah bagian dari syurga sehingga perlu bersyukur.
“Namun apabila tidak mensyukuri, maka azab akan
timbul. Setelah Pilpres 2019 diharapkan kita kembali menjadi satu dan pemuda
jangan ikut-ikutan menjadi masalah. Namun harus bergerak dalam membangun
persatuan dan kesatuan,” katanya.
Dengan adanya silaturahmi atau sikap menjaga persatuan dan kesatuan maka rahmat Allah akan menaungi negeri ini sehingga dapat melaksanakan pembangunan bangsa dan negara hingga terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan maju dari segala aspek.
“Maka di sinilah peran kita, apakah sebagai garda
terdepan dan sebagainya, dan kita harus menjaga NKRI dan menjaga persatuan dan
kesatuan,” ujarnya.
Dicontohkannya, kenapa Suriah terpecah belah,
karena membawa agama yang inklusif yang ciri-cirinya mengkafirkan sesama muslim
maupun intoleransi.
“Dalam penyampaian Gusdur, apabila organisasi
meninggalkan tradisi maka akan mati. Hal ini sebagai modal untuk kita untuk
mengajak bersatu dan jangan sampai ada yang ingkar, karena nantinya negara ini
bisa akan hancur, sehingga perlu peran kita semua dalam menjaganya,” katanya
mengingatkan.
Pada kesempatan yang sama, Kabinda NTB, H Tarwo
Kusnarno, SE.,M.Si mengatakan berkaitan situasi pasca pemilihan presiden dan wakil
presiden, serta legislatif dan DPD pihaknya memastikan masih kondusif.
Dikatakannya, membangun silaturrahim sangat
penting. Karena silaturahim merupakan gabungan dua kata yaitu sila yang
berarti hubungan dan rahim berarti kandungan, karenanya kita ibaratnya lahir
dalam satu kandungan sehingga memiliki hubungan yang dekat.
“Untuk itu terus dipupuk agar menjadi bangsa yang
bersatu, rukun dan berdampingan. Dinamika politik saat ini cukup hangat dampak
dari Pemilu. Bahkan dalam Pilpres saling mengklaim kemenangan antara Paslon 01
dan Paslon 02, sehingga diharapkan kepada seluruh pihak untuk menunggu tanggal 22
Mei 2019 yang akan ditetapkan siapa pemenangnya,” katanya.
Diingatkannya,
kita semua harus memiliki rasa dalam berbangsa dan bernegera serta bermasayarakat.
“Sahabat PMII memiliki semangat yang tinggi dalam menempuh pendidikan dan di lain
sisi merupakan aktivis. Keduanya harus berjalan seiring karena hal ini menjadi
penting,” ujar Kabinda.
“Menguasai IPTEK dan hal ini adalah sangat sangat
penting. Pengelolah dari negara itu sendiri, semoga dengan berlangsungnya
Pemilu dapat menghasilkan Caleg yang baik dan dapat memerjuangkan bangsa,
termasuk presiden yang bisa membawa amanat dan bangsa ini semakin maju,”
sambungnya. [RD]