![]() |
Suasana Pembukaan Seminar Nasional yang Digelar di Auditorium Sudirman STKIP Taman Siswa Bima, Sabtu (31/8/2019). |
Bima, Berita11.com— Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima menggelar seminar nasional dengan
tajuk Percepatan Pembangunan Ekonomi, Sosial Budaya Menuju NTB Gemilang
Menyongsong Era Industri 4.0. Kegiatan dilaksanakan di Auditorium Sudirman
kampus setempat, Sabtu (31/8/2019).
Seminar nasional
menghadirkan pembicara guru besar Universitas Semarang (UNES) sekaligus
praktisi PPG, Prof Dr Hartono M.Pd yang mengupas bidang pendidikan, Dr Bambang
Subali M.Pd, akademisi pengembang inovasi media pembelajaran dan Dr Ibnu
Khaldun Sudirman M.Si yang mengupas percepatan sadar literasi.
Kegiatan dihadiri sejumlah
pimpinan perguruan tinggi di Bima dan Dompu, pejabat Dinas Dikbupora Kabupaten
Bima, Dr Karyadi, Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Bima, Drs H Muzakkir M.Sc, dosen dari Aceh, perguruan tinggi UKI.
Ketua STKIP Taman Siswa
Bima, Dr Ibnu Khaldun M.Si yang juga menjadi pembicara dalam seminar tersebut
menyampaikan, pelaksanaan seminar nasional yang dilaksanakan di kampus STKIP
Taman Siswa Bima gaungnya hingga nasional. Hal itu terbukti peserta yang
mengajukan proposal pada seminar nasional tersebut terdapat beberapa dosen dari
Aceh.
“Saya kira ini iklim
(pendidikan yang baik). Paling ke depan, membangun iklimnya. STKIP Taman Siswa Bima untuk saat ini mengemban visi
peradabaan, dinul Islam yang dari sebelum jahiliayah, membangun generasi
beradab dan generasi gemilang untuk nasional, peserta juga banyak dari lulusan
STKIP Taman Siswa Bima. Karena untuk lulus itu mahasiswa harus punya jurnal
atau artikel,” katanya saat menyampaikan sambutan pada pembukaan seminar
nasional di kampus setempat.
Dikatakannya, selain
mahasiswa, seminar nasional juga dihadiri para dosen dan mahasiswa setempat. Konsep pendidikan STKIP
Taman Siswa Bima juga menuju tingkat internasional. Pada tahun 2020 mendatang,
kampus setempat akan menghadirkan pembicara dalam seminar dari Malaysia.
“Ini adalah bagian
pembangunan peradaban. Karena penbangunan peradaban juga dari pembangunan pendidikan.
Kita juga banyak kolaborasi. Ikut berperan dalam mencerdaskan gerasi, kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tentu kita melihat (di daerah) belum meningkatan
kesejahteraan,” katanya.
“Kata kunci, termasuk
pemerintahan Pulau Sumbawa itu dimoratorium pemerintahan pusat. Belum lagi
status daerah Bima yang keluar dari daerah tertinggal, secara infrastruktur
kita belum, ini tantangan-tantangan yang kita hadapi ke depan. Kita harus
memperkuat ekosistem ekosistem kita,” ujarnya.
Dr Ibnu mengajak peserta
seminar nasional yang hadir agar menjadikan sumber daya (energi) yang ada untuk
kegiatan positif. “Menjadikan
ini sebagai energi, karena secara global, banyak yang membicarakan siapa, bukan
membicarakan apa,” katanya.
Sementara itu, Kepala
Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Dikbupora)
Kabupaten Bima, Dr Karyadi MPd mengatakan, upaya mewujudkan percepatan
pembangunan khususnya pada bidang pendidikan merupakan tugas bersama semua
pihak.
“Para ketua-ketua
universitas. Kita berada pada satu sistem, karena itu peran untuk upaya
percepatan pembangunan pendidikan adalah peran kita semua. Mengambil peran di
semua sektor,” katanya.
Dijelaskannya, sebagaimana
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengisyaratkan bagaimana peran perguruan tinggi dan korelasinya dalam upaya
mewujudkan percepatan pembangunan pendidikan. Terdapat delapan standar untuk
memenuhi mutu atau kualitas pendidikan.
“Dalam konteks pendidikan
daerah, perguruan tinggi sebagai mesin produksi tenaga penddikan tentu akan
mempengaruhi bagaimana masyarakat melanjutkan pendidikan. Apalagi era sekarang,
sumber daya manusia,” katanya.
Dari dahulu, upaya
pemerintah adalah bagaimana meningkatkan pelayanan pembangunan pendidikan
melalui upaya mendekatkan pendidikan, sehingga tidak heran banyak satuan
pendidikan di desa yang dibangun. Hal tersebut sebagai upaya mendekatkan
pelayanan pendidikan seperti pusat pendidikan 9 tahun dan 12 tahun.
“Makanya bagiamana peran
kita perguruan tinggi menghasilan tenaga pendidikan yang unggul sehingga
menghasilkan lulusan yang punya kompetensi,” katanya.
Dikatakannya, sebagaimana
undang-undang tentang guru dan dosen, terdapat delapan kompetensi tentang
pendidik, termasuk di antaranya mencakup kompentesi, standar keterampilan dan
pengetahuan. Tiga kompetensi tersebut dapat dicapai jika merujuk tentang
undang-undang tentang guru
dan dosen.
Beberapa kompetensi dasar lainnya seperti pedagogik
yang menyangkut kemampuan guru mengembangkan pembelajaran. “Makanya melalui
seminar ini mungkin (dicapai) kompetensi kepribadian, dewasa dalam bertindak dan
berpikir. Kompetensi keilmuan bagaimana mengembankan ilmu pengetahuan sesuai pilihan
jurusan yang dipilih. Memenuhi sesuai standar kompetensi yang ada. Salah satu
dari kunci keberhasilan seseorang adalah, mencintai profesi. Pilihan kita
menjadi guru harus disertai semangat kita menggelutinya. Mari mencintai profesi
guru yang kita miliki,” ajaknya.
Dr Karyadi juga berpesan, bahwa guru juga
harus memiliki modal atau kompetensi sosial.. bagaimana membangun relasi dalam
masyarakat dengan memanfaatkan ilmu pengetauan untuk membantu masyarakat.
Kondisi Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/ HDI) termasuk di
dalamnya bidang pendidikan di Kabupaten Bima masih berkisar 6,4 dan masih di
bawah indeks nasional yang mencapai 7.
Hal tersebut juga membutuhkan peran serta kampus STKIP
Taman Siswa Bima untuk mendorong dan memajukan kualitas pendidikan. Melalui
kualitas dan SDM kampus setempat yang unggul diharapkan menjadi bagian dari
upaya mendongkrak IPM. Pada sisi lain beberapa upaya dan intervensi Dinas
Dikbudpora Kabupaten Bima yaitu dengan menempatkan guru berprestasi guru inovatif
dan kepala sekolah berprestasi masing-masing lima orang setiap kecamatan.
“Saya memberikan apresiasi khusus kepada STKIP Tamsis
yang begitu besar perhatiannya memajukan pendidikan di Kabupaten Bima” kata Dr
Karyadi mengakhiri sambutannya.
Tantangan Era Industri 4.0
Sementara itu, Kepala Bappeda Kabupaten Bima Drs H
Muzakkir M.Sc mengatakan, selama ini semua pihak tidak membicarakan hal
abu-abu. Namun mewujudkan upaya kolaboratif membangun daerah termasuk NTB
Gemilang sebagaimana yang menjadi tema seminar nasional yang dilaksanakan STKIP
Taman Siswa Bima.
“Berbicara bidang pendidikan di Kabupaten Bima,
merujuk pada kompas pembangunan Kabupaten Bima sebagaimana rencana
pembangunan. Dari kompas yang lima tahun, kita menyusun RKPD setiap tahunnya.
Apa yang ditunjuk? Tentu saja kompas pendidikan kita harus lebih baik, pedoman
kita RPMD provinsi, RPJM nasional, meningkatan kualitas. Manusia,” katanya saat
menyampaikan sambutan sekaligus membuka seminar nasional.
Dikatakannya, peningkatan kualitas desainnya tidak
akan jalan tanpa didukung berbagai pihak sehingga melalui bibit yang luar
biasa. “Alhamdulilah usaha pemerintah daerah, walaupun untuk pendidikan di
daerah, Pemda tidak memiliki kewenangan yang langsung, tapi Pemda
diberikan kewenangan untuk membeikan hibah, untuk mengurusi pendidikan. Oleh
karena itu, bisa melalui sistem pendidikan kolaboratif. (pimpinan STKIP) sudah
berdialog dengan kami, insyaallah kita lakukan,” katanya.
Muzakkir menyebutkan, banyak tantangan di Kabupaten
Bima termasuk dalam medongkrak perekonomian. Selama ini pertanian menjadi
sektor unggulan yang menunjang 25 persen pergerakan ekonomi di Kabupaten Bima.
Menurutnya, upaya untuk terus mendongkrak sektor
tersebut tidak dengan membajak sawah, menanam padi dan kegiatan
serupa. “Kalau pertanian kita di atas 25 persen, kalau tidak ada inovasi,
misalnya bawang. Inovasi itu muncul dari perguruan tinggi,” katanya.
Ditambahkannya, potensi di Kabupaten Bima
salah satunya melalui pengembangan di wilayah timur. Kabupaten Bima sebagaimana
yang menjadi wilayah koordinasi pengembangan Pulau Komodo. Untuk
itu, semua pihak termasuk kalangan mahasiswa dan kampus harus memanfaatkan
kesempatan tersebut dan tidak boleh menjadi penonton sehingga ada
nilai lebih yang diraih.
“Mudah-mudahan kita tetap bergerak, mewujudkan
percepatan berinovasi. Mudah-mudahan acara seperti ini menjadi sumbangan terbesar
dari perguruan tinggi di Bima dan Kota Bima untuk pembangunan daerah yang kita
cintai,” katanya.
Guru besar UNES Prof Dr Hartono M.Pd yang memaparkan
era revolusi industri 4.0 menyampaikan beberapa pokok bahasan seperti 55 persen
organisasi menyatakan bahwa digitial talent gap semakin melebar. Selain itu,
Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan
teknologi digital, sebagaimana pembahasan dalam International labour
organization (ILO). [US]